Memasuki tahun ajaran baru kemarin, kami mempersiapkan si Kakak untuk memasuki sekolah dasar. Kami mulai dengan mengunjungi sekolah-sekolah yang sekiranya berpotensi cocok dalam model pendidikan dan kurikulumnya. Salah satu patokannya adalah melihat bagimana jadwal pelajaran dan kegiatan di sekolah tersebut.
Cukup sulit sebenarnya, apalagi rumah kami cukup berada di pinggiran kota. Pilihan sekolah-sekolah jadi cukup terbatas. Syukurnya akhirnya kami mendapat sekolah yang setidaknya bisa cukup dengan kebutuhan yang kami inginkan, dan anaknya juga suka.
Seperti yang saya utarakan sebelumnya bahwa model pembelajaran menjadi sangat penting, apalagi bapaknya adalah seorang guru. Terakhir saya mengajar di tahun 2014, saat itu masih menggunakan kurikulum 2013. Namun ternyata sekarang kurikulum terbaru adalah Kurikulum Merdeka. Akhirnya sedikit banyak tahu, perbedaan kurikulum 2013 dengan kurikulum merdeka.
Kurikulum 2013 vs kurikulum Merdeka
Berikut adalah perbedaan utama antara Kurikulum 2013 (K-13) dan Kurikulum Merdeka:
1. Fokus dan Pendekatan
- Kurikulum 2013 (K-13) Fokus pada pencapaian kompetensi dasar dengan penekanan pada pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Materi pelajaran disampaikan secara terintegrasi dan mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa.
- Kurikulum Merdeka Menekankan pembelajaran berbasis proyek yang menghubungkan teori dengan praktik nyata. Menyediakan fleksibilitas bagi sekolah dan guru untuk menyesuaikan materi dengan konteks lokal dan kebutuhan siswa.
2. Fleksibilitas dan Otonomi
- Kurikulum 2013 (K-13) tersentralisasi dengan materi yang sudah ditentukan secara ketat oleh pemerintah pusat. Kurikulum yang sama diterapkan secara seragam di seluruh sekolah.
- Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada sekolah untuk menyesuaikan materi pelajaran dan metode pengajaran sesuai dengan kebutuhan dan konteks lokal. Sekolah memiliki lebih banyak otonomi dalam mengatur dan menyusun kurikulum.
3. Pendekatan Penilaian
- Kurikulum 2013 (K-13) fokus pada penilaian sumatif seperti ujian akhir untuk menilai pencapaian kompetensi. Penilaian lebih mengutamakan hasil ujian dan tes untuk menentukan pencapaian siswa.
- Kurikulum Merdeka menggunakan berbagai metode penilaian, termasuk penilaian formatif, proyek, dan portofolio. Menilai proses belajar dan perkembangan siswa secara menyeluruh.
4. Beban Materi dan Pembelajaran
- Kurikulum 2013 (K-13) memiliki materi pelajaran yang cukup padat dan terstruktur dengan ketat. Pembelajaran sering kali terfokus pada pencapaian target materi yang telah ditetapkan.
- Kurikulum Merdeka mengurangi jumlah materi pelajaran untuk meringankan beban siswa dan guru. Memberikan ruang lebih untuk pengembangan kreativitas dan penyesuaian dengan minat siswa.
5. Implementasi dan Pelatihan
- Kurikulum 2013 (K-13) memberi pelatihan bagi guru dilakukan secara terpusat dengan penekanan pada implementasi kurikulum yang seragam. Implementasi dilakukan secara bersamaan di seluruh sekolah.
- Kurikulum Merdeka menyediakan pelatihan yang lebih berkelanjutan dan mendalam bagi guru untuk memahami dan menerapkan kurikulum. Dilakukan secara bertahap untuk memastikan kesiapan sekolah dan guru.
Poin Penting Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka adalah suatu pendekatan kurikulum pendidikan di Indonesia yang diperkenalkan untuk memberikan kebebasan dan fleksibilitas lebih besar bagi sekolah dan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Kurikulum ini dirancang untuk mendukung siswa dalam mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dengan cara yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan konteks mereka.
Beberapa ciri utama dari Kurikulum Merdeka antara lain:
1. Fleksibilitas: Sekolah memiliki kebebasan untuk menyesuaikan materi dan metode pembelajaran dengan konteks lokal dan kebutuhan siswa.
2. Pusat pada Siswa: Fokus pada pengembangan keterampilan dan kompetensi siswa, bukan hanya pada penyampaian materi. Ini termasuk pengembangan karakter, keterampilan sosial, dan keterampilan berpikir kritis.
3. Pengurangan Beban Administrasi: Mengurangi beban administratif bagi guru dan sekolah sehingga mereka bisa lebih fokus pada proses pembelajaran.
4. Penguatan Projek: Memperkenalkan pendekatan berbasis proyek yang memungkinkan siswa belajar melalui pengalaman langsung dan penerapan pengetahuan dalam situasi nyata.
5. Penilaian Beragam: Menggunakan berbagai metode penilaian untuk memahami perkembangan siswa, bukan hanya bergantung pada ujian akhir.
Kurikulum Merdeka bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis dan adaptif, di mana siswa bisa lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi minat serta potensi mereka.
Penerapan Kurikulum Merdeka
Dikutip dari Kompas.com, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbud Ristek, Anindito Aditomo mengatakan, saat ini Kurikulum Merdeka sudah digunakan oleh 73 persen sekolah di Indonesia. Hal itu diungkapkan Anindito atau yang akrab disapa Nino saat rapat kerja dengan Komisi X DPR beberapa waktu lalu dan disiarkan melalui akun YouTube resmi DPR RI. "Kalau dihitung dari sekolah formal ini sudah 80 persen dari sekolah formal di Indonesia. Atau 73 persen dari seluruh satuan pendidikan (sekolah)," kata Nino dikutip dari akun YouTube DPR RI, Rabu (13/3/2024).
Penerapan Kurikulum Merdeka dilakukan secara bertahap, mencakup berbagai jenjang pendidikan dari dasar hingga menengah. Sekolah-sekolah yang sudah mengimplementasikannya menjalani proses adaptasi yang melibatkan pelatihan bagi guru, penyesuaian materi ajar, serta evaluasi terus-menerus untuk memastikan efektivitas kurikulum ini.
Kementerian Pendidikan terus mendukung dan memfasilitasi sekolah-sekolah dalam proses transisi ini, dan diharapkan proporsi sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka akan meningkat seiring waktu.
Penutup
Secara keseluruhan, penerapan Kurikulum Merdeka diharapkan dapat memberikan pendidikan yang lebih relevan dan berkualitas, serta mendukung pengembangan kompetensi dan potensi siswa secara lebih efektif. Namun, seperti halnya dengan setiap perubahan besar dalam sistem pendidikan, implementasi ini menghadapi tantangan dan membutuhkan adaptasi dari semua pihak terkait.
Meskipun memberikan potensi manfaat besar, seperti pengembangan keterampilan kritis dan kreatif, penerapan Kurikulum Merdeka menghadapi tantangan dalam hal kesiapan sekolah dan guru serta konsistensi implementasi. Dukungan berkelanjutan dan pelatihan yang memadai untuk pendidik sangat penting untuk memastikan keberhasilan kurikulum ini dan adaptasi yang efektif di seluruh Indonesia.
Sumber: https://www.kompas.com/edu/read/2024/03/13/134803371/kemendikbud-73-persen-sekolah-sudah-gunakan-kurikulum-merdeka.
Sebenarnya secara konsep kurikulum merdeka ini sangat menarik ya. Namun kesiapannya belum menyeluruh sehingga banyak yang berpikir kalau kurikulum ini kurang bagus. Padahal kalau dikaji lebih dalam, kurikulum ini dimaksudkan berjalan seperti kurikulum-kurikulum yang terlebih dahulu seperti cambridge dan sekelasnya
BalasHapusKurikulum merdeka ini menurut saya sebagai orangtua, entahlah, sepertinya mmg membuat anak anak merdeka belajar, alias tidak belajar. Mungkin konsep di atas dari pusat sebenarnya bagus, tapi sampai kelapangan tidak seperti yg diharapkan. Mgkn Indonesia juga blm siap dgn kurikulum ini secara keseluruhan
BalasHapus