Beberapa minggu sebelumnya saya pernah menulis soal hasil tes sidik jari online yang baru saya lakukan. Di artikel tersebut saya juga membahas perihal merasa salah jurusan saat kuliah. Bisa jadi karena kita belum tahu potensi diri, atau karena kita memang tidak punya pilihan lain.
Lantas, berapa persen mahasiswa salah jurusan? Hasilnya cukup mencengangkan lho. Dalam salah satu artikel di detik.com, ahli Educational Psychologist dari Integrity Development Flexibility (IDF), Irene Guntur menyebutkan bahwa sebanyak 87 persen mahasiswa di Indonesia salah jurusan. Hmmm, sepertinya saya masuk salah satunya, hehe. Kenapa saya bisa bilang salah jurusan?
Jurusan SMK dan Kuliah Tidak Linear
Adapun saya juga dulunya bisa dibilang punya 2 jurusan yang berbeda jauh saat SMK dan kuliah. Saat SMK, saya memilih jurusan Teknik Komputer dan Jaringan. Itu pun saya terpaksa memilih jurusan itu karena tidak lulus di 2 SMA favorit yang ada di kota saya.
Saya juga bingung kenapa, padahal meski selalu menjadi anak pindahan, alhamdulillah rangking 1 dan 2 sering digenggam. Paling mentok rangking 4. O ya, sekadar informasi, saya punya 5 SD dan 2 SMP waktu itu. Jadi anak baru membuat saya yang kalem semakin pendiam hehe.
Akhirnya saya bersekolah di salah satu SMK swasta. Alhamdulillah mungkin ini memang takdir terbaik. Di sana saya mulai membuka diri dan lebih percaya diri. Saya mengambil banyak ekstrakurikuler mulai dari Taekwondo, English Forum, dan ikut ekskul band sekolah sebagai bassist. Saya juga menjajal diri sebagai anggota OSIS, lalu kemudian menang dalam pemilihan umum sebagai ketua OSIS. Menurut saya, itu pengalaman yang luar biasa.
Ilmu komputer saya pun meningkat, membantu saya juga untuk terpilih mewakili sekolah di Lomba Kompetensi Siswa (LKS) Tingkat Nasional di Jakarta pada tahun 2009.
Sebagai anak SMK kan ada tuh yang namanya praktek kerja, nah, pengalaman Praktek Kerja Industri (prakerin) selama 4 bulan di PLN Wilayah Ambon di bagian IT juga membuat saya mendapatkan banyak pengalaman.
Setelah lulus SMK, tidak seperti kebanyakan teman saya yang langsung memilih lanjut bekerja (sesuai tujuan SMK waktu itu memang diperuntukkan untuk bisa bekerja), saya malah memilih kuliah.
Mendaftar di STAN tidak lolos, daftar D3 UNDIP tidak juga, daftar beasiswa Jepang juga tidak. Jalur undangan Universitas Negeri juga tidak.
Wajar sih, soalnya materi ujian semua berbasis pelajaran IPA dan IPS, sedangkan murid SMK lebih ke pelajaran jurusan. Pelajaran IPA dan IPS hanya dipelajari di bagian dasar.
Sedih? Pasti. Apalagi sudah merasa percaya diri, namun hasil ternyata tidak sesuai.
Alhamdulillah, akhirnya saya lolos di jalur SNMPTN (sekarang SBMPTN), di salah satu universitas negeri terbesar di Indonesia Timur (tepatnya di Sulawesi Selatan). Sayangnya saya lolos di pilihan jurusan ketiga, yaitu Sastra Jepang. Meski begitu, saya tetap mengambil kesempatan itu.
Hijrah di Tempat Kuliah
Sebelum kuliah, saya adalah anak remaja kebanyakan. Muslimah tapi kadang lepas kerudung saat jalan, shalat bolong-bolong, bermain band, bergaul tanpa batas antara perempuan dan laki-laki (tapi alhamdulillah masih menjaga diri dari kenakalan remaja).
Saat sekitar semester 3, di salah satu ekstrakurikuler kampus yang saya ikuti yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Radio Kampus, saya bertemu dengan salah satu senior yang mengajak saya ikut kajian.
Akhirnya secara bertahap, saya mulai konsisten menggunakan kerudung dan menutup aurat dengan lebih baik. Sholat 5 waktu tidak lagi ditinggalkan, tidak lagi berboncengan/bergaul bebas dengan lawan jenis, tidak pacaran selama kuliah hingga menikah, dll. Alhamdulillah saya bersyukur dipertemukan mereka. Semoga Allah membalas kebaikan mereka.
Kerja di Tempat Baru
Tepat sehari sebelum wisuda, saya mencoba untuk mendaftar online sebuah pekerjaan di luar pulau. Jika tidak salah ingat, saya mendaftar sebagai guru BK di salah satu Boarding School Islam. Mungkin karena internet stabil waktu itu, tepat 2 jam setelah mendaftar, saya langsung menerima panggilan dan email untuk wawancara, tepat sehari setelah wisuda. Setelah wawancara, saya diterima sebagai guru asrama dengan gaji lumayan, plus tunjangan tempat tinggal, kamar ber-AC, makan ditanggung 3x sehari, dan pesawat untuk mudik.
Di tempat baru ini, karena sekolah Islam, saya justru banyak belajar dari murid-murid dan sesama rekan kerja di sana. Karena saya berasal dari sekolah umum dari SD-kuliah (hanya 1,5 tahun di MI), saya benar-benar "nol" soal pembelajaran Al-Qur’an seperti tajwid dan sebagainya.
Mungkin Allah menakdirkan saya di sini agar saya bisa memperdalam keilmuan Al-Qur’an dan hadits saya. Hafalan Al-Qur’an saya juga semakin meningkat di tempat ini. Alhamdulillah.
Kalau mau dibilang, semua pekerjaan saya juga berkaitan dengan jurusan saya. Saya sebagai admin di divisi guru asrama karena saya cukup jago komputer, dan saya juga diminta mengajar Bahasa jepang di sekolah (mengajar 6 kelas).
Jadi, waktu itu saya merangkap pekerjaan. Pagi-sore sebagai guru part time di sekolah, sore sampai pagi lagi sebagai guru asrama. MasyaAllah, jadi jurusan saya waktu SMK dan kuliah benar-benar terpakai. Ditambah bonus nambah ilmu tentang Agama Islam di sini.
Menemukan Dunia Blog dan Konten Kreator
Setelah resign karena menemukan jodoh dan hamil anak pertama, saya pun memilih untuk di rumah saja. Saya menjajal berbagai komunitas yang bermanfaat.
Awalnya komunitas membaca buku. Saya jadi lebih sering review buku di media sosial. Dari sana saya menemukan yang namanya dunia blogging.
Alhamdulillah saya cocok di dunia blogging ini. Meski hanya dari rumah, saya bisa tetap menghasilkan sambil melihat perkembangan anak secara langsung.
Saya juga merasa cocok karena saya sebagai tipe yang lebih senang bekerja sendiri daripada tim. Entah saya introvert atau ambivert. Yang jelas, dengan bekerja sebagai blogger, saya bisa menentukan sesuka hati pekerjaan mana yang mau saya ambil dan tidak.
Misalnya saya membatasi pekerjaan yang masih meragukan dalam prinsip saya. Entah sudah berapa job yang saya tolak karena memang tidak bisa saya bahas. Namun alhamdulillah selalu saja ada job pengganti yang lebih baik. Yang penting berkah Insya Allah.
Selain itu, skill menyiar saya juga banyak terpakai saat pembuatan video review ataupun voice offer di konten media sosial saya. Sebagai konten kreator, saya bersyukur pernah ikut ekskul radio di kampus.
Mengisi pelatihan blog di Bangka Belitung (2021) |
Pentingnya Digital Marketing Saat ini
Menurut saya, di era sekarang ini, lingkupan kerja cukup luas. Kita tidak mesti harus bekerja di lapangan. Tapi saya tidak akan pernah bilang bahwa yang bekerja dari rumah lebih baik, atau IRT lebih baik daripada wanita karir dsb.
Menurut saya, tiap orang sudah punya landasan hidup masing-masing dan pasti sudah memilih yang terbaik.
Ada yang terpaksa bekerja di luar untuk membantu ekonomi keluarga, membantu bayar hutang orang tua, atau ada yang memang dilarang berhenti kerja sama suami dan keluarganya. Semuanya baik dalam porsi masing-masing. Dan saya selalu bilang, semua ibu itu bekerja, baik sebagai IRT maupun wanita karir, mereka semua ibu dan mereka semua bekerja.
Namun bagi IRT, pekerja kantor, atau bagi teman-teman yang sambil kuliah terkadang ada waktu luang, saya menyarankan untuk belajar soal digital marketing, literasi digital, dan sebagainya. Bahkan memang tidak sedikit teman blogger saya yang sambil kerja di kantor juga menggeluti dunia ini. Karena memang dunia ini cukup menjanjikan. Bermodalkan gadget dan internet, kita bisa bertemu dengan banyak klien hingga luar negeri.
Diperlukan pastinya internet stabil agar pekerjaan tetap lancar. IndiHome, sebagai provider internet terbesar di Indonesia, bisa menjadi pilihan teman-teman yang baru mulai menjajal dunia digital. Selain Internet stabil, WiFi cepat, IndiHome juga saat ini memberikan paket diskon 50% untuk pemasangan baru dan hanya dengan 200-ribuan per bulan, sudah bisa membantu aktivitas dan pekerjaan kita sehari-hari.
Selain itu, nikmati juga banyak bonusnya, mulai dari cashback Rp100.000 hingga ekstra 53 channel TV selama 3 bulan. Kapan lagi dapat promo ini. Yuk, berlangganan sekarang. Teman-teman bisa melakukan registrasi berlangganan melalui website indihome.co.id, aplikasi myIndiHome, Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Kios myIndiHome, atau Sobat IndiHome.
Penutup
Pengalaman salah jurusan sama sekali tidak pernah saya sesali. Saya merasa, semua ini sudah Allah takdirkan untuk saya. Lantas apa yang harus dilakukan jika salah jurusan?
1. Coba menikmati proses perkuliahan
2. Ikut kursus lain
3. Ikut UKM yang sesuai dengan passion
4. Terus belajar
6. Jangan mudah menyerah
7. Konsultasi dengan dosen dan senior di kampus
8. Yakin bahwa setiap hal apapun yang terjadi, sudah menjadi kehendak-Nya
Alhamdulilah, semua ilmu yang saya pelajari terpakai. Tidak ada yang namanya sia-sia dalam belajar.
Tahu tidak? Banyak orang terkenal alias orang sukses yang ternyata salah jurusan. Seperti Mark yang awalnya Psikologi, jadi founder Meta (Facebook). Pak Chairul Tanjung dulunya Kedokteran Gigi, sekarang sebagai pebisnis sukses. Bill Gates juga dulunya ambil hukum lho, dan masih banyak lagi. Siapa tahu kita bisa jadi seperti mereka? Hehe aamiin-kan dulu.
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"
Semoga kita bisa sukses dunia akhirat ya teman-teman, aamiin. The last but not least, kesuksesan bukan dinilai dari harta, tapi bagaimana kita merasa cukup dan berkah dengan segala yang ada. Selamat Berpuasa!
unsplash.com
dokumen pribadi
Masya Allah Tabaraqallah. Jalan hidup semua berada ditangan Allah. Hy kita belajar dan bekerja bersungguh-sungguh.
BalasHapusYang penting itu semangat mencari jalan keluar ya Mbak. Bukan larut pada kesalahan. Sebenarnya, semacam salah jurusan ini takdir juga. Bagaimana kita menerima dan menjadikannya sesuatu yang maksimal, maka semua akan jadi bermanfaat.
BalasHapusMasya Allah ya perjalanan pendidikan Kak Tri luar biasa, pengalamanya juga banyak ini. Meski kayaknya salah jurusan, tapi ga ada yang sia-sia ya Kak, semuanya berguna dan kepake sampai sekarang.
BalasHapusMasyaAllah. Perjalanan panjang yang tanpa sadar akhirnya membentuk diri yang sekarang ya. Luar biasa, Kak.
BalasHapusSepakat sih. Bagaimana pun pilihan pekerjaan kita sebagai perempuan, jika ada waktu luang, akan lebih baik kalau dimanfaatkan untuk belajar. Apalagi sekarang banyak yang bisa dipelajari secara daring. Apalagi kecepatan internet IndiHome tuh stabil ya.
Sama ih, berasa salah jurusan tapi selalu ada jalan. Semua ada hikmahnya. Dari Teknik Kimia sekarang jadi blogger. Jelas dong butuh internet cepat sat set maszeh, untunga da IndiHome.
BalasHapusMb cerita kita sama :D
BalasHapusAkupun anak SMK yg jurusan kuliahnya tidak linier. Dari kesehatan ke bahasa ahahah
Tapi aku belum sempat mencicipi dunia karir dari ijazah sarjana ku. Hehe.
Tapi seru juga ya, mb. Jadi banyak pelajarna dan pengalaman. Waktu skripsi aku ada pikiran lanjut s2 psikologi, lho. Wkwk
Waah takjub baca cerita mu mba... aku pernah merasa gagal dng salah jurusanku. Tapi siapa sangka skrg malah jadi seneng belajar banyak hal.
BalasHapuskeren kak tri bisa merangkap kerja gitu. aku juga merasa cocok di dunia blogging karena memang jam kerja dan pekerjaan yang bisa kita tentukan sendiri.
BalasHapusWalaupun beda jurusan tapi semua ilmunya bisa terpakai ya kak. Kalau aku si percaya apa yang kita pelajari nggak ada yang sia-sia. Kadang emang nggak langsung terpakai, tapi suatu saat pasti dibutuhkan kok :)
BalasHapusMasya Allah, luar biasa nih Kak Tri.. Kadang kalau diingat-ingat perjalanan hidup sendiri, suka kaya gak percaya kok bisa ya udah sampai sini aja pencapaiannya, hihi.. sukses terus Kak
BalasHapusmashaallah mba tri menginspirasi banget ceritanya, selalu seneng deh liat konten2 di IG maupun blognya
BalasHapusDari komputer ke sastra jepang wah jauh ya hihi tapi malah jadi nambah ilmu baru yaa
BalasHapusKeren, siapapun yang bersungguh-sungguh berusaha dan berjuang tanpa mengutuk keadaan, justru itu yang berhasil ya kak Tri. Menginspirasi banget!
BalasHapusBaca ini saya jadi bersemangat karena merasa S1 saya salah jurusan, meskipun ilmunya kepakai sedikit banyak sekarang, tapi merasa bukan duniaku. Belum lanjut pas lanjut ga linier, tapi baca tulisan mba Tri, jadi semangat, sukses ga harus selalu dari jurusan yang linier ya mba
BalasHapuswiiihh ternyata anak SMK dulu awalnya dan kuliah di Sastra Jepang, keceee niih Umi Oya.
BalasHapustidak ada salah jurusan, karena semuanya saling membutuhkan, simbiosis mutualisme gitu yekan yaaa :)
Ya ampun kak tri, emang bener yah meskipun kita merasa salah jurusan atau salah jalan, tetep pasti ada hikmah dibalik itu semuaa :(
BalasHapusSaya pernah sedikit membaca biografi pak Chairul Tanjung mba, jadi memang benar semua ilmu yang kita pelajari akan terpakai. Selama kuliah pak Chairul Tanjung ini juga sudah berbisnis, mulai dari fotokopi hingga penerbitan
BalasHapusPerjalanan dari nol ya kak. Hidup memang nggak pernah ada yang tau kedepannya kayak gimana
BalasHapusHidup ini memang misteri ya, Mba, apa yang kita tekuni bisa menjadi bukan tujuan di kemudian hari. Aku juga salah jurusan nih, aku dulu masuk Infokom karena jurusan yang aku pengen gak ada, akhirnya masuk Infokom deh. Tapi akhirnya jalan hidupku menulis
BalasHapuskita memang tak pernah tahu apa yang kita jalani ini akan ssperti apa ke depannya. Dan Allah Maha Tahu yang terbaik bagim kita. Senang baca perjalanan hidup mbak Tomat, inspired!
BalasHapusAku galfok sama tahun 2009 yang masih SMA, muda sekaliiii.. tahun segitu udah setahun nikah aku wkkw.
BalasHapusSoal salah jurusan ini memang udah jadi rahasia umum ya di Indonesia. Aku yang dulu merasa nggak salah jurusan, alias jurusan SMA - kuliahnya linier, pas udah tua gini merasa kenapa nggak ambil jurusan lain ya dulu, wkwk.
Tapi ternyata bermanfaat juga saat udah jadi blogger :)
Masyaallah keren ka, tidak ada yang tidak mungkin. Kalau kita mau berubah dan berusaha untuk menjadi seorang pemenang salah jurusan bukan hambatan, selalu ada jalan keluar selama kita berusaha dan berdoa.
BalasHapusSalut juga buat kk yang udah bisa keluar dari wilayah kalem menurutku itu sulit apa lagi bisa sampe punya skill penyiar radio, karena itu juga salah satu cita2 ku sebagai orang yang introvert juga. Hanya saja takdir belum berpihak, yaudah deh jadi penulis blog kecil aja. Salam kenal ka