"Kenapa sih kamu malas banget belajar? Kerjaannya main mulu! Kamu mau jadi apa nanti kalau sudah besar?"
Di atas adalah contoh dialog-dialog yang biasa kita lihat di sinetron-sinetron televisi bukan? Hehe. Sebagai orang tua, siapa sih yang tidak mau punya anak yang baik, rajin belajar, rajin menabung dan tidak sombong? #eh
Bagaimana cara memotivasi anak untuk belajar?
Saya pribadi memiliki anak yang masih berusia hampir 2,5 tahun. Umur yang sudah mampu diajari beberapa hal. Meski tentu belum bisa diminta belajar selayaknya anak yang sudah paham secara usia.
Jadi bisa dibilang saya masih minim pengalaman dalam memotivasi anak belajar. Tapi saya mungkin akan sedikit bercerita tentang bagaimana dulunya orang tua saya mampu setidaknya membuat saya senang membaca dan belajar. Saya juga senang melakukan hal-hal baru, juga senang mengikuti berbagai seminar dan selalu menjadi pencari bangku terdepan, hehe (ada yang sama? 🙋).
Ketika masih bekerja dulu (belum menikah), kebetulan Direktur tempat saya bekerja senang memberikan pelatihan-pelatihan dan beberapa kegiatan untuk mengembangkan kompetensi karyawan. Ada yang diwajibkan, namun ada juga yang sunnah alias "siapa saja yang bersedia". Untuk perkawa wajib saja, beberapa orang sering mengeluh karena mengurangi waktu istirahat mereka. Tapi entah mengapa saya senang sekali jika ada pelatihan tambahan. Untuk perkara sunnah bisa ditebak, biasanya hanya saya dari divisi yang mewakili hihi.
Di bawah ini saya akan jabarkan beberapa hal dari pengalaman pribadi, hingga yang saya pelajari baik ilmu-ilmu parenting dari buku maupun dari informasi online. Juga beberapa kisah orang tua saya dan orang tua lain mendidik anak-anaknya dalam memotivasi anak untuk belajar. Apa saja? Yuk disimak :
1. Beri Contoh & Kisah Motivasi
Hal penting dalam mengajak orang lain melakukan hal sama adalah memberikan keteladanan dan kekonsistenan. Kita bisa menceritakan hal-hal berkaitan dengan kisah-kisah motivasi pada anak. Bisa kisah sendiri atau orang lain. Tak lupa kita memberikan contoh secara langsung. Jika kita lebih sering bermain game depan anak, bisa jadi anak juga mengikuti hal yang sama.
Kebetulan papa dan mama saya dulu termasuk “orang zaman old” yang bisa bersekolah hingga STM dengan bantuan beasiswa (sekarang SMK). Sedangkan saudara-saudara orang tua saya rata-rata tamat SD dan SMP. Selain soal biaya, alasan lainnya adalah karena saudara-saudara orang tua saya beberapa menikah sangat muda (seusia SD & SMP), atau langsung kerja membantu orang tua.
Papa saya bercerita bahwa dulu beliau selalu mendapat beasiswa dari sekolah dasar. Untuk menambah sumber bacaan, papa sering memungut koran-koran bekas untuk dibaca. Bahkan untuk buku tulis pun, papa hanya memiliki satu buah buku.
Mama saya lain lagi. Beliau sempat dimarahi orang tua dengan kalimat "buat apa sih sekolah!". Sehingga akhirnya dari rentang SMP-SMA, mama sempat nganggur. Tapi akhirnya mama punya kesempatan untuk masuk STM bergengsi yang dimana siswanya mayoritas cowok. Hanya 4 cewek waktu itu kata mama.
Dari kisah itu papa dan mama saya memberi motivasi bahwa apapun rintangannya, belajar tetap harus diutamakan. Kalau ada usaha pasti ada jalan. Setelah menikah dan papa punya jabatan, akhirnya papa menamatkan sarjananya di usia 40-an tahun. Waktu yang tidak lagi muda tapi masih menyukai belajar.
Dari hal itu saya sangat termotivasi untuk juga rajin belajar apalagi sudah diberikan fasilitas yang cukup untuk belajar. Tidak perlu bersusah payah seperti dulu. Nikmat mana lagi yang kita dustakan?
2. Biasakan Anak Membaca Buku
Sejak usia si kecil 0 bulan, kami (saya dan suami) sudah memulai membacakan buku si kecil. Meski hanya dibalas dengan celoteh-celoteh dan tendangan kaki ke udara, saya berharap perkara membaca buku ini disukai anak saya.
Sekarang di usia 2 tahun, dia mulai bisa membaca ala-ala dia, hehe. Saya yakin banyak orangt tua yang juga melakukan hal yang sama. Yang penting kita jangan pernah berhenti membelikan si kecil buku yang disukai.
Siapa nih yang suka baca Majalah Bobo? (gambar : tokopedia.com) |
Dulu pun begitu. Papa saya senang berlangganan majalah apapun, termasuk berlangganan majalah bobo untuk anaknya. Saya selain membaca majalah bobo, juga senang membaca tabloid atau majalah wanita milik mama, dan majalah handphone dan komputer milik papa. Di zaman sekarang mungkin majalah tidak terlalu seterkenal dulu. Kita sudah bisa melihat banyak informasi di media daring. Tapi untuk anak, kita masih bisa berlangganan majalah anak-anak agar minat membacanya bisa semakin tinggi.
3. Konsepkan Belajar dengan Cara yang Menarik
Memiliki rasa bosan itu wajar. Apalagi jika yang kita lihat itu-itu saja. Anak pun demikian. Jika terus hanya melihat tulisan dalam buku, mungkin ada sedikit rasa mulai bosan. Meski tidak semua lho! Ada juga yang memang bisa tenggelam dalam dunia buku selama apapun.
Namun bisa dicoba juga mengajak anak belajar dengan cara lain. Misal praktik langsung teori fisika di halaman rumah. Atau membuat teka-teki yang berkaitan dengan pelajaran. Dijamin anak akan lebih semangat dalam belajar.
4. Beda Usia Beda Waktu Belajar
Dalam mendidik anak, ada yang mengatakan bahwa fase pengajaran anak terbagi atas 3. Yaitu usia fase awal 1-7 tahun, usia fase remaja 7-14 tahun dan usia fase dewasa 14-21 tahun. Di fase-fase awal sebelum 7 tahun, dunia anak adalah mayoritas bermain. Jika anak mungkin masih susah diajak dan dimotivasi untuk belajar, jangan terlalu dipaksa. Tapi bisa dilakukan dengan cara bermain. Berbeda jika sudah usia 7 tahun ke atas, si kecil sudah mampu diajak untuk belajar lebih serius. Dalam Islam pun, usia untuk mengajarkan anak salat yaitu di usia 7 tahun. Sebelum usia itu cukup mengajak tanpa perlu memaksa. Bisa dengan sering mengajak anak untuk berjama’ah di masjid. Jika anak sering melihat kita salat semoga anak akan terbiasa dengan gerakan salat. Itu berlaku untuk belajar hal yang lainnya juga.
5. Beri Semangat & Dukungan
Terkadang, semangat dan dukungan jarang kita berikan kepada anak saking sibuknya. Kita melepas anak sesuka hati apa yang ingin dia lakukan. Padahal si anak mungkin merasa tidak mampu atau menyerah duluan dalam mempelajari sesuatu. Di situlah peran kita meyakinkan anak bahwa semua orang pada awalnya tidak tahu bahkan gagal. Banyak contoh ilmuwan yang harus gagal berkali-kali baru kemudian bisa menciptakan sesuatu. Memotivasi anak untuk belajar memang perlu dengan cara ungkapan tulus semangat dari orang tua dan lingkungannya.
6. Tiap Anak Punya Ciri Khas Cara Belajar
Ada anak yang menyukai cara belajar dengan audio. Ada yang kebih paham dengan visual. Bahkan ada yang melalui gerakan tangan. Lihat bagaimana anak lebih fokus terhadap sesuatu. Jika anak menyukai cara belajar dengan visual, bisa menambahkan beberapa hal menarik untuk dilihat, seperti poster dan lainya. Jika anak suka dengan cara audio, ajari anak untuk merekam pembelajaran dan mengulang-ulangnya sendiri.
7. Antusias dengan Apa yang Dia Ceritakan
Anak terkadang mendapatkan sesuatu yang baru di sekolah. Atau sesuatu yang baru saja dia temukan. Jika anak bercerita, usahakan untuk mendengar dengan antusias. Agar anak terus semangat mepelajari hal yang baru. Ketika mereka tidak diacuhkan, maka hal tersebut akan membuat mental mereka turun dan akhirnya malas belajar lagi karena merasa tidak dihargai.
8. Ajak Diskusi
Saat ini, berita viral atau trending topic jadi tidak terlepas dari kehidupan kita. Ada saja berita-berita baru yang cepat menyebar dan beberapa orang mengikuti dan berkomentar pada berita tersebut. Ada juga challenge (tantangan) yang diikuti banyak orang. Tentu ini ada positif dan negatifnya. Dari situ bisa diajak untuk bahan diskusi anak, agar tidak mengikuti serta merta apa yang dilihatnya.
9. Beri Hadiah
Siapa sih yang tidak senang diberi hadiah? Dari anak kecil, remaja, orang dewasa, bahkan orang yang sudah lanjut usia pun suka jika diberi hadiah. Waktu kecil hingga kuliah, saya ingat sekali papa dan mama sering memberi saya hadiah ketika juara kelas. Hal menarik adalah ketika saya TK dulu. Kebetulan saya dan adik masuk di tahun yang sama karena adik sudah sangat ingin ikut sekolah bareng saya (umur kami terpaut 1 tahun 4 bulan saja).
Saat kelulusan, kebetulan saya mendapat rangking 1 dan mendapat hadiah dari guru. Namun guru TK mengatakan pada mama saya agar membelikan adik saya (waktu itu rangking 4) juga hadiah agar tidak cemburu pada saya. Jadi saat berjajar dan penerimaan hadiah, adik saya juga ikut mendapatkan hadiah yang dibeli mama saya sendiri atas saran guru hehe. Hal itu bisa menambah motivasi anak-anak untuk belajar. Meski mungkin ada yang tidak sepaham, tapi memberi hadiah juga merupakan Sunnah Rasulullah, terlepas dari niat memberi hadiah karena apa.
Nemu foto jadul saat pemberian hadiah. Yang nengok itu adikku, hihi. (gambar : dokpri) |
10. Pahami Apa yang Anak Sukai
Kita tahu kalau setiap orang jago di bidangnya masing-masing. Ada yang jago di perhitungan, ada yang jago di kesenian, atau ada yang jago di bidang sastra. Ketika kita bisa melihat si anak lebih condong ke mana, sebaiknya jangan menuntut agar bagian pelajaran lain harus tinggi juga nilainya. Sistem pendidikan kita mungkin belum mendukung hal seperti itu. Tapi di sini kita bisa mengarahkan anak untuk fokus dan terus fokus pada hal yang dia sukai agar bisa menajdi ahli dalam bidangnya. Syukur-syukur kalau anak suka semua mata pelajaran, hehe.
Cara lain mendukung yang anak sukai adalah melirik beberapa pendidikan informal bagi anak. Artikel teman saya yang satu ini bisa jadi rekomendasi buat Anda baca : Contoh Pendidikan Informal untuk Anak.
PENUTUP
Nah itu dia 10 hal yang penting untuk diperhatikan dalam memotivasi anak belajar. Ini juga menjadi pengingat bagi saya yang kebetulan masih memiliki anak balita. Tentu ada tantangan di setiap anak yang berbeda-beda.
Jangan lupa berdo’a karena do’a orang tua adalah doa yang sering Allah kabulkan. Doakan yang baik-baik. Doakan anak jadi anak yang berbakti, sabar, kuat, mandiri, akhlak baik, senang belajar dan lainnya.
Bisa juga dengan mencoba membisikkan anak dengan hal-hal baik saat anak mau tidur. Hal itu baik karena anak dalam kondisi alam bawah sadar. Terakhir semoga anak-anak kita menjadi anak-anak yang senang belajar. Aamiin.
Bisa juga dengan mencoba membisikkan anak dengan hal-hal baik saat anak mau tidur. Hal itu baik karena anak dalam kondisi alam bawah sadar. Terakhir semoga anak-anak kita menjadi anak-anak yang senang belajar. Aamiin.
Ada yang punya tips lain dalam memotivasi anak belajar? Share yuk di kolom komentar 😁
1-7 tahun adalah waktu bermain. Ini yang saya sering lupain waktu ngajarin Fabio. Suka nggak sabaran dan maksa.
BalasHapusTapi akhir-akhir ini saya mulai memahami ritme saya sendiri. Biasanya saya suka jadi nggak sabaran itu ketika saya lagi asik dengan gadget saya. Jadi, pas "kumat" saya coba untuk take a deep breath dan bertanya pada diri sendiri, "Kenapa sih marah-marah? Gara-gara nggak bisa nengok hape? Lebih penting mana, hape apa anak?"
Nggak selalu berhasil, tapi lumayan bisa meredam ketidaksabaran menghadapi tingkah polahnya yang...lucu tapi nggemesin.
Hehehe.
Betul sekali. Kadang merasa bersalah karena kebanyakan main gadget 😥 Ini juga lagi berusaha ngurangin main gadget biar si kecil lebih banyak dapat perhatian 😊
Hapusaku udah lupa kayaknya ortu jarang kasih motivasi yang gimana gimana, ibuku guru, jadi mungkin kalo anak guru bawaannya rajin dan selalu peringkat kelas wkwkwk.
BalasHapusjadi ya belajar waktu kecil seneng, plus dapet hadiah kayak mbak tri
terus dibeliin majalah (lupa namanya, sebelum ada bobo kayaknya), udah seneng rasanya waktu itu