Saya
pribadi, selalu kagum dengan Ayah yang paham bagaimana mengurus, bersikap dan
mendidik anaknya, tidak serta merta semua diserahkan pada Ibunya. Kalau kata
Ringgo Agus Rahman “Bikinnya bareng, ngurusnya juga bareng dong!”
Setuju?
pohontomat.com|Parenting, sebuah kata
yang sedang populer akhir-akhir ini, terus menjadi banyak perbincangan antara
banyak kalangan. Mulai dari praktisi, dokter, mahasiswa, hingga orang tua itu
sendiri.
Sebelumnya
saya mau cerita, bahwa saya punya teman yang hingga umur 3 tahun belum juga
menyapih anaknya. Bukannya tidak mau, tapi sang suami merasa terganggu
mendengar tangisan anak kecil saat mencoba stop ASI. Saya jadi berpikir,
bagaimana waktu pertama kali si kecil baru lahir yang lebih sering menangis? Apakah suaminya juga bersikap sama sejak dia
melahirkan? Bukankah anak kecil memang
mengekspresikan sesuatu kadang masih menangis karena belum bisa mengeluarkannya
dalam bentuk kata-kata?
Saya
kagum dengan kekuatan dan kesabaran teman saya ini yang juga kesibukannya sebagai
penulis beberapa buku. Alhamdulillah
saya merasa sangat bersyukur suami mendukung saya dalam proses tumbuh kembang
si kecil. Apalagi pas menyapih kemarin, yang saya sendiri gak tega tapi suami
yang nguatin. Kita doakan, semoga suami
teman saya ini terbuka hatinya ya, aamiin. Dan tentunya lebih belajar banyak tentang
parenting, hehe.
(O ya teman saya sudah memberi izin untuk share cerita ini).
Sebenarnya apa itu parenting? Perlukah mempelajari ilmu parenting?
Dalam Wikipedia disebutkan bahwa “Parenting or child rearing is the process of
promoting and supporting the physical, emotional, social, and intellectual
development of a child from infancy to adulthood. Parenting refers to the
intricacies of raising a child and not exclusively for a biological
relationship”
Jika
diartikan ke dalam Bahasa Indonesia, Parenting adalah mengasuh anak atau
membesarkan anak dengan proses mendukung perkembangan fisik, emosi, sosial, dan
intelektual anak sejak bayi hingga dewasa. Mengasuh anak mengacu pada seluk-beluk
membesarkan anak dan tidak hanya untuk hubungan biologis.
Secara sederhana, ilmu parenting adalah ilmu tentang bagaimana cara mendidik anak, bagaimana cara bersikap kepada anak, dan bagaimana cara mengatasi masalah dalam proses-proses tersebut.
Menurut saya pribadi, ilmu parenting
bukan tentang ilmu yang hanya bisa ditemukan di seminar , buku-buku parenting,
atau grup WA parenting saja. Tapi ilmu
parenting juga bisa didapatkan langsung dari orang tua, tetangga, atau siapa
saja yang sudah memiliki pengalaman dalam mendidik anak.
Rasulullah ﷺ, panutan kita sebagai
seorang muslim, sangat mencintai anak-anak. Itu terlihat dari cara beliau
memperlakukan anak-anak, baik anak sendiri, cucu, maupun anak orang lain. Saat
salat berjamaah jika ada anak yang menangis, maka Rasulullah ﷺ memendekkan
bacaan surah beliau. Ketika ada yang membawa buah-buahan saat majelis, maka Rasulullah
ﷺ akan memberikan pertama kali kepada anak-anak. Rasulullah ﷺ juga sering
mengusap kepala anak-anak. Jadi bagaimana gaya parenting ala Rasulullah?
Ternyata, sebagai seorang Nabi sekaligus Ayah, Rasulullah ﷺ memiliki beberapa ilmu yang sebaiknya kita contoh, khususnya para Ayah. Apa saja?
1. Membiarkan Anak Bermain
Bagaimanapun kita tentu sepakat bahwa
dunia anak kecil adalah bermain. Saat kita masih kecil pun, yang kita tahu
hanya main, makan dan tidur bukan? Dalam riwayat, Rasulullah ﷺ tidak pernah
melarang anak-anak bermain. Dalam hadits disebutkan Dari Aisyah radhiyallahu
‘anha, ia berkata: “Aku
dahulu pernah bermain boneka di sisi Nabi ﷺ. Aku memiliki beberapa sahabat yang
biasa bermain bersamaku. Ketika Rasululah ﷺ masuk dalam rumah, mereka pun
bersembunyi dari beliau. Lalu beliau menyerahkan mainan padaku satu demi satu
lantas mereka pun bermain bersamaku.” (HR. Bukhari).
2. Tidak Marah Saat Anak tidak Menuruti Perintah
Diceritakan bahwa Anas Radiallahu ‘anhu
saat berumur 8 tahun dititipkan oleh Ibunya untuk melayani Rasulullah ﷺ.
Anas berkata: “Aku mengabdi pada Rasulullah
ﷺ sepuluh tahun lamanya, tidak pernah sekalipun beliau memukul, mencaci atau
berwajam masam kepadaku.” (Imam al-Dzahabi, Siyar A’lâm al-Nubalâ’, Beirut:
Mu’assasah al-Risalah, 2001, juz 3, h. 399) Riwayat ini menunjukkan bahwa
Sayyidina Anas adalah anak kecil yang memiliki dunianya sendiri, gemar bermain
dan bersenang-senang. Andaipun disuruh melakukan sesuatu, tanpa segan ia
mengatakan, “tidak”, meski yang menyuruhnya adalah Rasulullah ﷺ. Ini bukan hal
yang aneh, karena begitulah anak kecil. Yang menarik di sini adalah cara
bersikap Rasulullah ﷺ. Mendengar kalimat, “aku tidak akan pergi melakukannya,”
beliau tidak menampakkan kemarahan, berwajah masam dan menghardiknya dengan
keras, tapi meninggalkannya. Baru kemudian, ketika beliau menjumpai Sayyidina
Anas di pasar, beliau memegang tungkuknya dan berkata, “Wahai Anas, pergilah
sebagaimana yang kuperintahkan padamu (tadi).
Anas berkata, “Aku melayani Rasulullah ﷺ
shallallahu ‘alaihi wasallam selama sepuluh tahun. Tidak semua pekerjaanku
sesuai dengan perintah beliau, (tapi) beliau tidak pernah berkata kepadaku
(karena ketidak-becusanku) “ah/dasar”, dan tidak pernah (juga) berkata padaku,
“kenapa kau lakukan ini?” dan “kenapa tidak kau lakukan (seperti) ini?”
3. Bicara Sepantaran dengan Anak
Ketika berbicara dengan anak kecil,
beberapa ilmu parenting mengajarkan agar sepantaran alias dengan cara jongkok, mensejajarkan dengan tinggi anak.
Ternyata cara ini sudah dicontohkan Rasulullah ﷺ dahulu. Tujuannya agar anak
merasa nyaman dan tidak merasa dihakimi. Apalagi dalam menegur atau memberi
nasihat, ini sangat penting dilakukan.
4. Sering Menggendong, Mencium dan Memeluk Anak
Dalam ilmu parenting yang biasa kita
dengar baik di media social, televisi, dan berita-berita disebutkan jika orang
tua yang sering memeluk dan mencium anak akan berdampak positif tidak hanya
dari segi bonding anak dan orang tua, tapi juga psikologis anak.
Rasulullah ﷺ pun mengajarkan demikian.
Ketika mengunjungi cucu-cucunya, Rasulullah ﷺ selalu mencium dan memeluk mereka
satu persatu.
Aqra’ bin Habis, pemuka Bani Tamim
mengaku, “Demi Allah, aku mempunyai 10 orang anak, tetapi tak satu pun kuciumi
di antara mereka.” Nabi pun memandangnya dan berkata, “Barang siapa yang tidak
mengasihi, ia tidak akan dikasihi”.
5. Mengajari Ilmu Tauhid dan Cinta pada 3 Hal
Ilmu tauhid berarti ilmu yang
mengajarkan tentang Ketuhanan. Dalam sebuah riwayat disebutkan :
Dijelaskan dari Ibn Abbas, Rasullullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bukalah
lidah anak-anak kalian pertama kali dengan kalimat “Lailaha-illaallah”. Dan
saat mereka hendak meninggal dunia maka bacakanlah, “Lailaha-illallah.
Sesungguhnya barangsiapa awal dan akhir pembicaraannya “Lailah-illallah”,
kemudian ia hidup selama seribu tahun, maka dosa apa pun, tidak akan ditanyakan
kepadanya.” (sya’bul Iman)
Rasulullah ﷺ menekankan agar anak-anak
dididik dengan tiga hal, yaitu mencintai Nabi, mencintai keluarga Nabi, dan
membaca Al-Qur’an. Agar yang menjadi
role model dalam hidup anak adalah Rasulullah ﷺ. Juga petunjuk hidup anak juga
seharusnya Al-Qur’an.
Ketiganya harus diajarkan kepada anak
agar mereka memiliki panutan dan pedoman yang jelas dalam mengarungi dunia ini.
6. Mengayomi Anak dengan Baik
“Barangsiapa
yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa. Maka ia akan datang pada hari
kiamat bersamaku.” Kemudian Anas bin Malik berkata: Nabi menggabungkan
jari-jari jemari beliau.” (HR Muslim).
Ternyata, Allah telah menjanjikan bahwa
orang tua yang merawat dan mengayomi anak perempuannya dengan baik, maka Allah
tempatkan nanti bersama Rasulullah ﷺ di Surga. Siapa yang tidak ingin bertemu
dan dekat dengan Rasulullah ﷺ seperti dekatnya jari-jari? Ketemu idola artis manusia
biasa di dunia saja banyak yang menjerit bukan? Apalagi kalau kita bertemu Rasulullah
ﷺ, Wali Allah.
7. Mengajari Kejujuran
Dalam parenting ala Rasullullah (dan semua orang juga pasti seperti itu meski banyak dari kita yang lalai), mengajarkan kejujuran sangat penting
buat anak. Rasulullah ﷺ selalu mengajarkan kejujuran kepada anak-anak. Tidak
segan pula memberikan hukuman apabila mereka berdusta. Dikisahkan bahwa suatu
saat Abdullah bin Busr disuruh ibunya untuk menghantarkan setandan anggur
kepada Rasulullah ﷺ. Di tengah perjalanan, Abdullah bin Busr memakan beberapa
anggur tersebut sebelum diserahkan kepada Rasulullah ﷺ. Ketika Abdullah bin
Busr menghadap Rasulullah ﷺ, Rasulullah ﷺ menjewer telinganya dan menasihatinya
agar tidak khianat lagi dengan apa yang dipesankan ibunya.
Kejujuran sedari kecil bisa berdampak
hingga besar nanti. Jangan memaklumi hal seperti itu. Lihatlah betapa banyak
koruptor yang tidak lagi malu padahal mereka sudah mencuri uang rakyat.
Astaghfirullah.
8. Tidak Membeda-bedakan
Adakah yang sewaktu kecil pernah
merasakan ketidakadilan dalam pemberian? Saya pernah mersakannya. Hingga saya
besar saat ini, saya selalu kesal terhadap apapun hal-hal yang tidak adil yang
terjadi di sekitar. Entah karena trauma atau tidak. Ternyata Rasulullah ﷺ
sedari dulu melarang tindak praktik ketidakadilan tersebut.
Dari Nu’man bin Basyir, beliau pernah
datang kepada Rasulullah ﷺ lalu berkata, “Sungguh, aku telah memberikan sesuatu
kepada anak laki-lakiku yang dari Amarah binti Rawwahah, lalu Amarah menyuruhku
untuk menghadap kepadamu agar engkau menyaksikannya, ya Rasulullah ﷺ.” Lalu Rasulullah
ﷺ bertanya, “Apakah engkau juga memberikan hal yang sama kepada
anak-anakmu yang lain?” Ia menjawab, “Tidak.” Rasulullah ﷺ
bersabda, “Bertakwalah kamu kepada Allah dan berlaku adillah kamu diantara
anak-anakmu.” Nu’man pun mencabut kembali pemberiannya.” (HR. Bukhari).
9. Menjaganya dari Perbuatan Dosa
Hal ini yang sering luput dari tugas
kita sebagai orang tua. Yaitu membiarkan anak melakukan hal-hal yang seharusnya
tidak dilakukan. Mungkin orang tuanya pun tidak tahu bahwa itu harus dilarang.
Seharusnya kita sebgai orang tua juga dituntut untuk mencari tahu. Tapi ada juga yang tahu tapi menggampangkan hal tersebut. Semoga bukan kita.
Dikisahkan, suatu waktu Rasulullah ﷺ
bersama dengan Fadhl bin Abbas naik unta. Tiba-tiba ada seorang cantik yang
menghampiri Rasulullah ﷺ dengan maksud hendak menanyakan suatu persoalan agama.
Ketika Fadhl memandangi perempuan tersebut, Rasulullah ﷺ langsung
memerintahkannya untuk memalingkan wajahnya. Alasannya, Rasulullah ﷺ tidak
ingin terjadi sesuatu yang tidak diinginkan karena pada saat itu Fadhl bin
Abbas baru saja menginjak usia baligh.
Salah satu yang harus diwaspadai
sekarang adalah penggunaan smartphone pada anak. Jika mereka dengan bebas
menggunakannya di kamar, besar kemungkinan si anak menggunakannya untuk melihat
hal-hal yang haram seperti video porno dan lainnya. Bukan hanya dosa zina mata, tapi
juga bisa merusak otak anak seperti halnya kecanduan narkoba. Anak akan malas
beraktivitas, dan kehidupannya lebih sering dihabiskan untuk yang tidak
bermanfaat.
10. Mengajari Berpuasa
Diriwayatkan dari Ar-Rubayyi’ bintu
Mu’awwidz, salah satu perempuan shalehah sahabat rasul. Ia berkata: “Kami menyuruh puasa anak-anak
kami. Kami buatkan untuk mereka mainan dari perca. Jika mereka menangis karena
lapar, kami berikan mainan itu kepadanya hingga tiba waktu berbuka.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Mengajari anak berpuasa sangat penting,
jangan sampai menyepelekan apalagi jika sudah baligh. Bahkan puasa yang tidak
dilaksanakan saat Ramdhan harus tetap dibayar sebagai utang di bulan-bulan berikutnya.
11. Mengajari Salat, Do’a dan Dzikir
Rasulullah ﷺ shalallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Perintahlah
anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun dan pukullah
mereka jika enggan melakukannya pada usia sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat
tidur mereka.” (HR. Ahmad).
Mengajari anak salat bisa
dilakukan dengan sang Ayah mengajaknya ke Masjid untuk salat berjamaah. Apalagi
untuk anak laki-laki. Sebaiknya dibiasakan dari kecil.
Selain itu, mengajarkan
anak-anak berdoa juga sangat penting. Mulai do'a mau tidur, masuk wc, dan
sebagainya. Mengajari zikir harian juga sangat dianjurkan untuk melindungi diri dari godaan Jin sepanjang hari.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,
“Rasulullah ﷺ shallallahu
‘alaihi wa sallam selalu berdzikir (mengingat) Allah pada setiap
waktunya.” (HR. Muslim) [HR. Bukhari, no. 19 dan Muslim, no. 737]
12. Mengajari Akhlak
Kebaikan seseorang dinilai dari 2 hal
yakni agama dan akhlaknya. Rasulullah ﷺ shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus
hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.”
Betapa banyak orang yang ilmunya
tinggi, namun akhlak tidak dihiraukan. Astaghfirullah, ini pengingat untuk saya pribadi. Jadi pengingat buat kita semua orang
tua. Apalagi orang tua khususnya Ayah menjadi teladan dan contoh untuk anaknya.
13. Mengajari Batasan Pergaulan
Hubungan wanita dan pria
saat ini banyak yang sudah di luar yang seharusnya. Misal berkumpul bercampur
baur tanpa batasan. Padahal seharusnya, diberi batasan antara
tempat duduk perempuan dan laki-laki. Karena keterbiasaan tersebut menyebabkan
banyak yang tidak bisa mengontrol nafsu, pacaran, dan akhirnya bisa ditebak
akhirnya. Kalau kata Ustadz Felix Siauw, pacaran memang tidak selalu berakhir
zina, tapi zina biasanya diawali dengan pacaran.
14. Mengajari Anak Azan
Abu
Mahdzurah bercerita: Aku bersama 10 orang remaja berangkat bersama Rasulullah
ﷺ dan rombongan. Pada saat itu, Rasulullah ﷺ adalah orang paling kami benci.
Mereka kemudian menyerukan azan dan kami yang 10 orang remaja ikut pula
menyerukan azan dengan maksud mengolok-ngolok mereka. Rasulullah ﷺ
bersabda, ‘Bawa kemari 10 orang remaja itu!’ Beliau
memerintahkan,‘Azanlah kalian!’ Kami pun menyerukan azan.
Kemudian
selesai azan, Rasulullah ﷺ bersabda‘Alangkah baiknya suara anak remaja yang
baru kudengar suaranya ini. Sekarang pergilah kamu dan jadilah juru azan buat
penduduk Mekkah.’ Beliau bersabda demikian seraya mengusap ubun-ubun Abu
Mahdzurah, kemudian beliau mengajarinya azan dan bersabda kepadanya: Tentu
engkau sudah hafal bukan?’ Abu Mahdzurah tidak mencukur rambutnya karena Rasulullah
ﷺ waktu itu mengusapnya. (HR. Ahmad, Musnadul Makkiyah).
15. Memberi hadiah
Siapa yang tidak suka hadiah? hehe. Bahkan emaknya pun suka kalau diberi hadiah. Rasulullah ﷺ pernah membariskan
Abdulullah, Ubaidillah dan sejumlah anak-anak pamannya, Al Abbas, dalam suatu
barisan, kemudian beliau bersabda: “Siapa
yang paling dahulu sampai kepadaku, dia akan mendapatkan (hadiah) ini. Mereka
pun berlomba lari menuju tempat Rasulullah ﷺ berada. Setelah mereka sampai di
tempat beliau, ada yang memeluk punggung dan ada pula yang memeluk dada beliau.
Rasulullah ﷺ menciumi mereka semua serta menepati janji kepada mereka.” (Majmu’uz
Zawaid). Sungguh indah terlihat kecintaan Rasulullah ﷺ pada anak-anak.
16. Bermain Bersama
“Aku masih ingat dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berupa semburan air yang beliau semburkan ke
wajahku. Ketika itu aku baru berusia lima tahun dan beliau mengambil air dari
ember.” (HR. Bukhari no.
77)
Maksud dari hadits di atas adalah tentang bermain air bersama
anak. Tentu saja pada zaman itu belum ada pistol air, sehingga beliau
menyemprotkan air tersebut ke wajah Mahmud bin Rabi’ dengan menggunakan mulut
beliau .
17. Tidak Memisahkan Anak dan Ibunya
Sedih ketika melihat ada kasus
perceraian, ada anak yang dipisahkan atau disulitkan bertemu dengan ibunya. Abu
Ayyub mengatakan, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda, “Barang siapa memisahkan antara seorang
ibu dan anaknya, niscaya Allah akan memisahkan antara dia dan orang-orang yang
dicintainya pada hari kiamat.” (HR. Tirmidzi).
18. Mengajarkan Anak Hanya Bergantung pada Allah
Anak yang labil dan banyaknya pengaruh
dari luar, menyebakan terkadang anak bisa mengikuti hal-hal yang salah, apalagi
dalam kondisi ada masalah. Sebaiknya anak-anak diajarkan untuk mengembalikan
semua kepada Allah. Karena Allah yang memberi ujian, Allah pula yang memberi
solusinya.
Rasulullah ﷺ shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Nak, aku
akan memberimu beberapa pelajaran: peliharalah Allah, niscaya Dia akan balas
memeliharamu. Peliharalah Allah, niscaya kamu akan menjumpai-Nya dihadapanmu.
Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, dan jika kamu meminta pertolongan,
mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, sesungguhnya andaikata manusia bersatu-padu
untuk memberimu suatu manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan dapat
memberikannya kepadamu, kecuali mereka telah ditakdirkan oleh Allah untukmu.
19. Mengajari Berpakaian
Seorang
ayah, sudah sepatutnya memberitahukan batasan-batasan aurat yang terlihat
seharusnya. Laki-laki dan perempuan berbeda. Meski begitu, laki-laki juga
diperintahkan menutup aurat dari lutut yang saat ini banyak diabaikan. Apalagi
perempuan, jangan sampai anak perempuan dengan mudahnya membuka dan menampakkan
aurat.
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan
putri-putrimu serta wanita-wanita kaum mukminin, hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka di atas tubuh mereka. Hal itu lebih
pantas bagi mereka untuk dikenali (sebagai wanita merdeka dan wanita baik-baik)
hingga mereka tidak diganggu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Penyayang.” (al-Ahzab: 59)
Diriwayatkan
dari Aisyah ra: bahwa Asma’ binti Abi Bakar menemui Rasulullah ﷺ SAW dengan
kondisi ia berpakaian pendek, aka berpalinglah Rasulullah ﷺ SAW seraya berkata,
“Wahai Asma’, sesungguhnya
wanita, apabila telah baligh, tidak pantas terlihat kecuali ini dan ini (beliau
menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya).” (HR. Abu Daud)
Di
dalam sebuah hadits disebutkan:
Dari Sâlim bin Abdullah (bin Umar), dari bapaknya, dia (Abdullah) berkata, “Rasûlullâh n bersabda, ‘Tiga orang yang Allâh Subhanahu wa Ta’ala tidak akan melihat mereka pada hari kiamat: anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang menyerupai laki-laki, dan dayûts.
Dari Sâlim bin Abdullah (bin Umar), dari bapaknya, dia (Abdullah) berkata, “Rasûlullâh n bersabda, ‘Tiga orang yang Allâh Subhanahu wa Ta’ala tidak akan melihat mereka pada hari kiamat: anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang menyerupai laki-laki, dan dayûts.
Dayuts artinya seorang
suami atau bapak yang tidak merasa cemburu jika istri atau anaknya membuka
aurat dan dinikmati laki-laki yang lain. Meksi peran ibu juga seharusnya
masuk, tapi yang paling tinggi peran dan harus tegas di sini adalah si Ayah,
karena Ayah adalah pemimpin rumah tangga.
Itu dia 19 gaya parenting Rasulullah ﷺ dalam
mendidik anak yang sebaiknya dicontoh para Ayah. Sudah sepatutnya ayah dan ibu saling bekerja sama dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. Apalagi jika LDM (Long Distance Married) hingga harus parenting jarak jauh. Tapi semua keputusan dan ketegasan tetap berada dalam kontrol si Ayah. Nabi sudah mencontohkan, tinggal bagaimana kita mengikuti teladan beliau. Insyaa Allah anak kita akan dimudahkan jalannya, dekat dengan sang Pencipta, dan menjadi anak yang berakhlah baik, pandai menjaga diri, dan menjunjung tinggi nilai agama. Tentunya jika kita meninggal nanti, kita ingin anak kita mengirimkan do'-do'a yang bisa menambah amalan kita agar masuk Surga. Bukankah do'a anak yang soleh bisa menyelamatkan orang tuanya? aamiin.
Menyayangi dan mendidik anak dengan
sepatutnya adalah perintah agama. Bukan hal yang dilalaikan tanpa tanggung
jawab. Islam mengajarkan kasih sayang dalam hal apapun. Baik untuk diri sendiri,
istri/suami, anak, orang tua, bahkan binatang yang juga makhluk ciptaan Allah.
Tulisan ini menjadi pengingat pribadi. Yuk sama-sama menjadi orang tua yang bisa menjawab nanti ketika Allah Tanya di akhirat,
“Apa yang telah kita lakukan untuk mendidik anak kita?”
Jangan sampai kita
ditanya “ Kenapa kita membiarkan anak kita melakukan dosa?” Astagfirullah.
Dan
para ayah semoga selalu dikuatkan dalam menjadi Imam rumah tangga. Untuk
suamiku, terima kasih telah menjadi Imam yang luar biasa, dan I Love You.
Sumber tulisan :
https://muslimah.or.id/9907-parenting-islami-32-memaklumi-dan-memahami-dunia-anak-kecil.html
https://dalamislam.com/info-islami/cara-nabi-muhammad-mendidik-anak
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/19/02/07/pmjgjd313-teladan-Rasulullah-soal-kasih-sayang-kepada-anakanak
https://islam.nu.or.id/post/read/105596/cara-Rasulullah-mendidik-anak-kecil-yang-membangkang
https://rumaysho.com/17313-berdzikir-dalam-setiap-keadaan.html
https://islam.nu.or.id/post/read/97255/sikap-Rasulullah-terhadap-anak-anak
https://muslimah.or.id/9907-parenting-islami-32-memaklumi-dan-memahami-dunia-anak-kecil.html
Aku seneng baca artikel parenting, biar nambah ilmunya dan gak kaget nanti kalo udah merid dan punya anak. Hehee makasih mbak infonya.
BalasHapusWah.. . Ini dia Sebenar-benarnya roll model bagi para ayah. Ternyata Rosulullah menjadi suri teladan di bidang Parenting
BalasHapussuri tauladan terbaik memang :) masha Allah
BalasHapusSejak jadi orangtua. Aku selalu upgrade ilmu soal parenting, karena jadi orangtua itu gak ada sekolahnya, tapi belajarnya harus tiap hari sampai anak dewasa
BalasHapusSaya sebagai calon ayah, sangat-sangat terbantunya dengan artikel parenting ini. Ternyata sebagai ayah perlu banyak berinteraksi dengan anak yah...
BalasHapusTerimakasih mba, tulisannya bermanfaat sekali.. 😍Seringkali bingung sendiri harus bagaimana kalau menghadapi anak. Memang sebaik-baiknya contoh adalah Rasulullah.. 👍
BalasHapusSuri tauladan Rasullullah bukan hanya untuk anak sendiri namun juga buat anak anak disekitarnya
BalasHapusYang nomer 17 dan 18 angka 1 yg didepan ilang tuh, mungkin bisa di benerin supaya enak bacanya dan tidak kebingungan
BalasHapusTernyata zaman dulu sudah dicontohkan cara mendidik anak oleh nabi Muhammad ya, Mbak. Sangat patut dicontoh nih, parenting ala Nabi Muhammad, supaya anak-anak kelak bisa menjadi sosok orang-orang yang shalih dan shalihah.
BalasHapusDan contoh parenting terhebat adalah Rasulullah Saw, nggak perlu jauh - jauh mencari contoh pada sosok yang lain ternyata ya mbak. Bermanfaat banget ini, trims ya mbak
BalasHapusNo 17 ituuu…duh sedih. Kapan itu baca berita, ada anak yg jatuh dari balkon apartemen. Anak tsb sendirian ditinggal oleh ayahnya. Ayah dan ibu sedang proses cerai. Si Ibu udah 3 bulan engga bertemu anaknya. Ketemua lagi dah meninggal...Kalau udah gini, semua sedih...
BalasHapusSaya suka banget sama gaya parenting Rasulullah SAW. Poin nomer 2 itu agak susah ya kadang. Memang harus sabar jadi ortu.
BalasHapusBanget, mbak. Jadi ortu itu 24 jam hingga akhir dunia. Sabarnya orang tua kadang ada batasnya, emosi, yang sering kali bukan karena gak sayang.
Hapus*lah aku curhat
Rasulullah Saw memang teladan terbaik. Darinya kita pun bisa belajar parenting. Semoga kita bisa meneladani beliau. Ilmu sudah ada. Tinggal praktiknya yang kadang berat. Hehe.. terima kasih Bu. Ilmu sangat bermanfaat.
BalasHapusDari buku Khadijah, aku pun baru tau kalau Rasul salallahualaihiwassalam juga sosok bapak tiri yang mengayomi anak tirinya. Maasya allah.. Ternyata ga cuma sama anak sendiri yaa Rasul salallahualaihiwassalam baik pada semua anak
BalasHapusAjaran Nabi Muhammad SAW memang yang paling baik sie, jangan berkiblat sama ajaran lain ini aja dulu, bener tuh kalau untuk pengajaran anak jangan terlalu dipaksa mending dikasih contoh dan diperlihatkan pasti ikut kok si anak Makasih kak info yang sangat bermanfaat buat nanti saya kalau punya anak.
BalasHapusMasyaallah parenting ala Rasulullah sungguh luar biasa ya. Bahkan tidak memarahi anak ketika tidak menuruti perintah. Semoga setiap orang tua bisa meneladaninya biar anak-anak bertumbuh menjadi anak yang sholeh dan sholeha :)
BalasHapusBener bangeet. Gak boleh beda-bedain satu anak dan lainnya, agar tidak muncul sibling rivalry dan akhirnya nanti malah rebutan warisan.
BalasHapusBermanfaat mbak tulisannya, mengingatkan kembali gimana mendidik anak. Seperti dicontohkan Rasulullah. Semoga anak-anak Indonesia selalu berakhlak baik
BalasHapusPeran suami sebagai ayah si anak ..penting bagi tumbuh kembang anak... dan sudah dijelaskan diatas... bagaimana menjadi seorang ayah yang baik...TFS kak... secara lagi belajar menjadi ayah yang baik juga
BalasHapusMasya Allah, ternyata banyak sekali nilai-nilai kebaikan dalam ajaran parenting nabi, semoga bisa menerapkannya kalau sudah punya keluarga nanti. Thanks for sharing mbak tri, sangat berguna sekalii 😊
BalasHapusSungguh Rasulullah SAW adalah sebaik-baik teladan, dan Anas bin Malik adalah salah satu sahabat yang paling meneladani Rasulullah karena sedari kecil sudah membantu beliau.
BalasHapusWah sangat menginspirasi ya gaya parentingnya
BalasHapus